Pergerakan Wanita Indonesia

Advertisement
Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang merdeka, dan melenyapkan tindakan malu malu yang melampaui batas.

Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug tahun 1918. Tokoh Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika, seorang pengajar Kautamaan Istri di tanah Pasundan.

Raden Ajeng Kartini sebagai pemimpin organisasi pergerakan wanita lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Beliau berasal dari kalangan bangsawan Jawa, Putri dari Bupati Jepara Raden Mas Sosroningrat. R.A. Kartini adalah pejuang emansipasi wanita. Pemikirannya tertuang dalam buku Habis gelap Terbitlah Terang. Dalam perkembangannya, perkumpulan-perkumpulan wanita itu melaksanakan kongres yang dikenal dengan ‘Kongres Perempuan Indonesia”.

Kongres Perempuan Indonesia I
Kongres perempuan yang pertama ini dilaksanakan tanggal 22 –25 Desember 1928 di Jakarta. Perkumpulan wanita yang mengikuti antara lain Wanito Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya, Aisyah, Wanudyo Utomo, Jong Islamienten Bond, Jong Java bagian wanita, dan Wanita Taman Siswa. Tujuan kongres pada dasarnya ingin mempersatukan cita-cita dan usaha untuk memajukan wanita Indonesia.

Di samping itu juga adanya hasrat untuk mengadakan gabungan atau membentuk perikatan di antara perkumpulan-perkumpulan wanita tersebut. Hasil yang dicapai dalam kongres adalah pembentukan gabungan atau federasi perkumpulan wanita dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang dipimpin Ny. Sukanto. Tujuan dari PPI adalah:
  •   memberi penerangan dan perantaraan kepada perkumpulan yang menjadi anggotanya,
  •   membantu dana belajar pada anak perempuan yang pandai,
  •   mengadakan kursus kesehatan,
  •   menentang perkawinan anak-anak, dan
  •   memajukan kepanduan bagi anak-anak perempuan.
Kongres Perempuan Indonesia II
Kongres perempuan yang kedua diadakan di Jakarta pada tanggal 20 sampai 24 Juli 1935, atas inisiatif PPII. Kongres ini dipimpin oleh Ny. Sri Mangunsarkoro dengan agenda pembicaraan:
  •   soal perburuhan perempuan,
  •   pemberantasan buta huruf, dan
  •   perkawinan
Kongres tidak dapat menyatakan sikap kaitannya dengan pembicaraan masalah Ordonansi perkawinan, karena anggaran dasar menuntut suara bulat dalam memutuskan suatu prinsip. Hal yang dapat disepakati adalah diputuskannya penyelenggaraan Kongres Perempuan Indonesia setiap 3 tahun sekali.

Kongres Perempuan Indonesia III
Tiga tahun kemudian yaitu pada tanggal 23 – 28 Juli 1938 berlangsung Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung dengan pimpinan Ny. Emma Puradireja. Kongres membicarakan tentang:
  • Undang-undang perkawinan modern,
  • soal politik kaitannya hak pilih dan dipilih bagi kaum wanita untuk posisi Badan Perwakilan (volksraad), dan
  • tanggal 22 Desember untuk disepakati diperingati sebagai Hari Ibu.

0 Response to "Pergerakan Wanita Indonesia "

Post a Comment